Latest News

Etika Bisnis By Nasirin

NAMA                         :           Nasirin
NIM                             :           11 0201 0126
MATA KULIAH          :           ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS

Gempa “Enggak” Gempa, Cari Untung Jalan Terus

Kamis, 8 Oktober 2009 | 04:01 WIB
PADANG, KOMPAS.com - Derita korban gempa 7,6 SR di Sumatera Barat (Sumbar) ternyata belum bisa menyentuh hati sejumlah oknum warga yang selamat untuk bersimpati meringankan pengaruh petaka ini. Sebaliknya, mereka malahan justru menangguk untung berlipat dengan menjual kebutuhan pokok jauh di atas harga wajar.
Rabu malam (30/9), beberapa jam sehabis bumi berguncang, ribuan warga yang terjebak antrean panjang kendaraan untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan terjadinya tsunami di Padang telah disuguhkan lonjakan harga gila-gilaan
Di tengah antrean ribuan kendaraan beroda empat dan sepeda motor di ruas-ruas jalan yang gelap alasannya ialah listrik padam, beberapa perjaka mengatakan air mineral gelas dengan harga Rp 2.000 sedangkan biasanya hanya Rp 500 per gelas. Warga yang haus dalam antrean, terpaksa membeli dengan harga yang telah naik tiga kali lipat itu. Ada juga yang menjual rokok Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per bungkus sedangkan harga normalnya hanya Rp10.000 per bungkus. "Sehari pascagempa, ketika warga butuh materi bakar untuk transportasi, banyak pedagang eceran menjual bensin dengan harga tak wajar, sedangkan membeli ke stasiun pengisian materi bakar umum (SPBU) harus antre berjam-jam," kata Budi warga di pesisir Pantai Tabing, Padang. Di ketika kebutuhan akan materi bakar minyak, ada oknum warga yang sempat membeli bensin di SPBU dengan harga wajar, tapi lalu justru menjual lagi harga hingga Rp 40 ribu per liter. Karena memang sangat butuh untuk transportasi dan menghidupkan mesin genset alasannya ialah listrik PLN padam total, banyak warga yang terpaksa membeli bensin eceran dengan harga gila-gilaan. "Saya terpaksa harus beli bensin itu untuk materi bakar sepeda motor yang akan digunakan untuk melihat saudara dan keluarga saya yang belum diketahui nasibnya pasca gempa," tambahnya. Melihat kondisi demikian, pemerintah bersikap cepat dengan mengusahakan pendistribusian BBM ke SPBU-SPBU pasca gempa. Instruksi eksklusif dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menciptakan upaya percepatan pendistribusian BBM sanggup berjalan cepat. Pada hari ke tiga pascagempa, pasokan BBM ke SPBU-SPBU di Padang sanggup mulai lancar dilakukan sehingga antrian panjang pembeli sanggup diatasi dan pedagang eceran yang sebelumnya menjual harga melangit terpaksa gigit jari dan menurunkan kembali harga.

Harga di tingkat eceran eksklusif anjlok menjadi Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per liter dan masih diburu pembeli yang belum mengetahui pasokan BBM ke SPBU telah normal kembali. Namun sebelumnya, ratusan orang dengan sangat terpaksa membeli bensin mencapai Rp 40 ribu perliter dengan pasrah, sebaliknya oknum pedagang tersenyum puas sanggup untung berlipat-lipat. Lonjakan harga kebutuhan pokok pascagempa tidak hanya terjadi pada BBM tapi juga beberapa pelayanan jasa dan barang yang sangat dibutuhkan masyarakat atau relawan yang tiba ke Sumbar untuk membantu mencari korban yang hilang. Harga yang naik menggila itu menyerupai tarif taksi yang mencapai Rp 500 ribu sekali jalan, atau kebutuhan materi masakan menyerupai cabai yang naik menjadi Rp 100 ribu per kilogram. "Kita tahan dulu makan dengan lauk-pauk pakai cabe. Harga cabai tak terjangkau lagi, alasannya ialah ada yang menjual Rp 100 ribu di pasar pagi," kata Rama seorang ibu rumah tangga. Mie instan sebagai materi kuliner mudah dan sangat dibutuhkan ketika masa darurat juga melonjak tinggi harganya dari biasa Rp 25 ribuan per kardus menjadi Rp 75 ribu per kardus. Kehadiran Menteri Perdagangan Marie Pangestu dengan acara mengantar bantuan, tidak berdampak besar terhadap upaya menstabilkan harga, sehingga beban masyarakat tetap semakin berat sehabis sebelumnya masih stress berat alasannya ialah gempa.

SUMBER http://regional.kompas.com/read/xml/2009/10/08/04012656/gempa.enggak.gempa.cari.untung.jalan.terus





Amboi..., Harga BBM Meroket!


Kamis, 1 Oktober 2009 | 05:18 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - - Harga materi bakar minyak (BBM) di tingkat pengecer di Kota Padang melonjak hingga Rp10.000/liter seiring dengan menipisnya persediaan.
Berdasarkan pantauan di Padang, Kamis (1/10), stok materi bakar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) maupun di tingkat pengecer di kota tersebut mulai menipis, sehingga harga melonjak hingga mencapai Rp10.000 per liter.
Kebutuhan BBM di Kota Padang meningkat tanggapan agresi borong masyarakat yang khawatir tidak mendapatkan BBM sehabis gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter pada Rabu sore (30/9) melumpuhkan kegiatan kota tersebut.
Masyarakat tampak tidak hanya menyerbu SPBU tetapi juga kios-kios pengecer BBM di Kota Padang. Diperkirakan kegiatan masyarakat kota tersebut akan lumpuh pada Kamis siang, mengingat stok BBM di beberapa SPBU sudah mulai habis.
Masyarakat Kota Padang mulai kesulitan untuk mencari BBM jenis premium, sehingga lebih menentukan tidak berpergian dengan memakai kendaraan.
Sebelumnya Wali Kota Padang Fauzi Bahar menginstruksikan biar pemilik SPBU tetap membuka daerah pengisian materi bakarnya, mengingat kebutuhan BBM masyarakat cukup tinggi pascagempa.
SUMBER: http://regional.kompas.com/read/xml/2009/10/01/05180765/amboi....harga.bbm.meroket





ULASAN ARTIKEL

Etika merupakan filsafat / fatwa kritis dan rasional mengenal nilai dan norma moral yg menentukan dan terwujud dalam sikap dan pada sikap hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Alasan sopan santun bisnis diharapkan alasannya ialah para pelaku bisnis dituntut profesional, persaingan semakin tinggi, kepuasan konsumen faktor utama, perusahaan sanggup mendapatkan amanah dalam jangka panjang, dan mencegah jangan hingga dikenakan sanksi-sanksi pemerintah pada risikonya mengambil keputusan.
Dengan adanya kenaikan harga BBM di pengecer, air mineral, mie instan, hingga mencapai lebih dari harga normal tentu saja itu merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi kepada konsumen yang membutuhkan. Pertistiwa ini secara tidak eksklusif masuk dalam pelanggaran sopan santun bisnis yang terjadi pasca gempa yang sangat merugikan masyarakat. Masyarakat Sumatra Barat terkena musibah, tetapi ada sebagian oknum yang memanfaatkan untuk memporoleh laba yang sebesar-besarnya. Hal yang dilakukan pelaku bisnis tersebut telah melanggar hak keadilan bagi konsumen. Para pelaku bisnis telah melaksanakan banyak sekali macam cara hanya untuk mendapatkan laba semata tanpa memikirkan bagaimana dampaknya bagi konsumen atas kerugian yang telah mereka lakukan.
 

0 Response to "Etika Bisnis By Nasirin"

Total Pageviews