Sejarah Kalender Masehi (Gregorian)
Kalender Gregorian atau kalender Masehi , sudah menjadi standard penghitungan hari internasional. Pada mulanya kalender ini digunakan untuk memilih jadual kebaktian gereja-gereja Kristen dan Protestan. Kalender Gregorian ialah kalender murni surya yang bertemu siklusnya pada tiap 400 tahun (146.097 hari) sekali. Satu tahun normal panjangnya 365 hari , tiap bilangan tahun yang habis dibagi 4 tahunnya memanjang menjadi 366 hari , namun tidak berlaku untuk kelipatan 100 tahun dan berlaku kembali tiap kelipatan 400 tahun. Sebagai misalnya tahun 2000 ialah tahun panjang (kabisat , leap year) sedangkan tahun 1900 tahun normal.
Kalender Gregorian ialah pembaruan dari kalender Julian. Dalam 16 kurun pemakaian kalender Julian , titik balik surya sudah bergeser maju sekitar 10 hari dari yang biasanya ditengarai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun. Hal ini menciptakan kacaunya penentuan hari raya Paskah yang bergantung kepada daur candra dan daur surya di titik balik tersebut. Dikawatirkan Paskah akan semakin bergeser tidak lagi jatuh di animo semi untuk serpihan bumi utara , serta semakin menjauhi peringatan hari pembebasan jaman Nabi Musa (penyeberangan bahari merah).
Pemikiran wacana koreksi ini bergotong-royong telah mulai dipergunjingkan dengan keluarnya tabel-tabel koreksi oleh gereja semenjak jaman Paus Pius V pada tahun 1572. Dekrit rekomendasi gres dikeluarkan oleh penggantinya , yaitu Paus Gregorius XIII , dan disahkanlah pada tanggal 24 februari 1582. Isinya antara lain wacana koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari kalender Julian. Dengan demikian , tanggal 4 Oktober 1582 Julian , esoknya ialah tanggal 15 oktober 1582 Gregorian. Tangal 5 sampai 14 Oktober 1582 tidak pernah ada dalam sejarah kalender ini. Sejak ketika itu , titik balik surya dapat kembali ditandai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun , dan tabel bulan purnama yang gres disahkan untuk memilih perayaan Paskah di seluruh dunia.
Pada mulanya kaum protestant tidak menyetujui reformasi Gregorian ini , gres pada kurun berikutnya kalender itu diikuti. Dalam badan Kristen sendiri , kalangan gereja ortodox juga bersikeras untuk tetap mengikuti kalender Julian , namun pemerintahan demi pemerintahan mulai mengakui dan alhasil pemakaiannya semakin meluas menyerupai yang kita lihat sekarang.
Sejarah Kalender Hijriah
Pada tahun 682 Masehi , ‘Umar bin Al Khattab yang ketika itu menjadi khalifah melihat sebuah masalah. Negeri Islam yang semakin besar wilayah kekuasaannya menimbulkan banyak sekali duduk kasus administrasi. Surat menyurat antar gubernur atau penguasa kawasan dengan sentra ternyata belum rapi alasannya tidak adanya contoh penanggalan. Masing-masing kawasan menandai urusan muamalah mereka dengan sistem kalender lokal yang seringkali berbeda antara satu tempat dengan laiinnya.
Maka , Khalifah ‘Umar memanggil para sahabat dan dewan penasehat untuk memilih satu sistem penanggalan yang akan diberlakukan secara menyeluruh di semua wilayah kekuasaan islam.
Nama bulan-bulan dalam kalender islam
Sistem penanggalan yang digunakan sudah mempunyai tuntunan terang di dalam Al Qur’an , yaitu sistem kalender bulan (qomariyah). Nama-nama bulan yang digunakan ialah nama-nama bulan yang memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa kenabian. Namun ketetapan Allah menghapus adanya praktek interkalasi (Nasi’). Praktek Nasi’ memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3 tahun biar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran animo atau matahari. Karena itu pula , arti nama-nama bulan di dalam kalender qomariyah tersebut beberapa di antaranya mengatakan kondisi musim. Misalnya , Rabi’ul Awwal artinya animo semi yang pertama. Ramadhan artinya animo panas.
Dalam satu tahun ada 12 bulan dan mereka adalah:
Sedangkan 4 bulan Haram , di mana peperangan atau pertumpahan darah di larang , adalah: Dzulqa’idah , Dzulhijjah , Muharram , dan Rajab.
Peristiwa Hijrah sebagai tonggak Kalender Islam
Masalah selanjutnya ialah memilih awal penghitungan kalender islam ini. Apakah akan menggunakan tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. , menyerupai orang Nasrani? Apakah ketika ajal beliau? Ataukah ketika Nabi diangkat menjadi Rasul atau turunnya Al Qur’an? Ataukah ketika kemenangan kaum muslimin dalam peperangan?
Ternyata pilihan majelis Khalifah ‘Umar tersebut ialah tahun di mana terjadi tragedi Hijrah. Karena itulah , kalender islam ini biasa dikenal juga sebagai kalender hijriyah. Kalender tersebut dimulai pada 1 Muharram tahun tragedi Hijrah atau bertepatan dengan 16 Juli 662 M. Peristiwa hijrah Nabi saw. sendiri berlangsung pada bulan Rabi’ul Awal 1 H atau September 622 M.
Sumber: percetakanpetraya.com
Kalender Gregorian atau kalender Masehi , sudah menjadi standard penghitungan hari internasional. Pada mulanya kalender ini digunakan untuk memilih jadual kebaktian gereja-gereja Kristen dan Protestan. Kalender Gregorian ialah kalender murni surya yang bertemu siklusnya pada tiap 400 tahun (146.097 hari) sekali. Satu tahun normal panjangnya 365 hari , tiap bilangan tahun yang habis dibagi 4 tahunnya memanjang menjadi 366 hari , namun tidak berlaku untuk kelipatan 100 tahun dan berlaku kembali tiap kelipatan 400 tahun. Sebagai misalnya tahun 2000 ialah tahun panjang (kabisat , leap year) sedangkan tahun 1900 tahun normal.
Kalender Gregorian ialah pembaruan dari kalender Julian. Dalam 16 kurun pemakaian kalender Julian , titik balik surya sudah bergeser maju sekitar 10 hari dari yang biasanya ditengarai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun. Hal ini menciptakan kacaunya penentuan hari raya Paskah yang bergantung kepada daur candra dan daur surya di titik balik tersebut. Dikawatirkan Paskah akan semakin bergeser tidak lagi jatuh di animo semi untuk serpihan bumi utara , serta semakin menjauhi peringatan hari pembebasan jaman Nabi Musa (penyeberangan bahari merah).
Pemikiran wacana koreksi ini bergotong-royong telah mulai dipergunjingkan dengan keluarnya tabel-tabel koreksi oleh gereja semenjak jaman Paus Pius V pada tahun 1572. Dekrit rekomendasi gres dikeluarkan oleh penggantinya , yaitu Paus Gregorius XIII , dan disahkanlah pada tanggal 24 februari 1582. Isinya antara lain wacana koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari kalender Julian. Dengan demikian , tanggal 4 Oktober 1582 Julian , esoknya ialah tanggal 15 oktober 1582 Gregorian. Tangal 5 sampai 14 Oktober 1582 tidak pernah ada dalam sejarah kalender ini. Sejak ketika itu , titik balik surya dapat kembali ditandai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun , dan tabel bulan purnama yang gres disahkan untuk memilih perayaan Paskah di seluruh dunia.
Pada mulanya kaum protestant tidak menyetujui reformasi Gregorian ini , gres pada kurun berikutnya kalender itu diikuti. Dalam badan Kristen sendiri , kalangan gereja ortodox juga bersikeras untuk tetap mengikuti kalender Julian , namun pemerintahan demi pemerintahan mulai mengakui dan alhasil pemakaiannya semakin meluas menyerupai yang kita lihat sekarang.
Sejarah Kalender Hijriah
Pada tahun 682 Masehi , ‘Umar bin Al Khattab yang ketika itu menjadi khalifah melihat sebuah masalah. Negeri Islam yang semakin besar wilayah kekuasaannya menimbulkan banyak sekali duduk kasus administrasi. Surat menyurat antar gubernur atau penguasa kawasan dengan sentra ternyata belum rapi alasannya tidak adanya contoh penanggalan. Masing-masing kawasan menandai urusan muamalah mereka dengan sistem kalender lokal yang seringkali berbeda antara satu tempat dengan laiinnya.
Maka , Khalifah ‘Umar memanggil para sahabat dan dewan penasehat untuk memilih satu sistem penanggalan yang akan diberlakukan secara menyeluruh di semua wilayah kekuasaan islam.
Nama bulan-bulan dalam kalender islam
Sistem penanggalan yang digunakan sudah mempunyai tuntunan terang di dalam Al Qur’an , yaitu sistem kalender bulan (qomariyah). Nama-nama bulan yang digunakan ialah nama-nama bulan yang memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa kenabian. Namun ketetapan Allah menghapus adanya praktek interkalasi (Nasi’). Praktek Nasi’ memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3 tahun biar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran animo atau matahari. Karena itu pula , arti nama-nama bulan di dalam kalender qomariyah tersebut beberapa di antaranya mengatakan kondisi musim. Misalnya , Rabi’ul Awwal artinya animo semi yang pertama. Ramadhan artinya animo panas.
Dalam satu tahun ada 12 bulan dan mereka adalah:
- Muharram
- Shafar
- Rabi’ul Awal
- Rabi’ul Akhir
- Jumadil Awal
- Jumadil Akhir
- Rajab
- Sya’ban
- Ramadhan
- Syawal
- Dzulqa’idah
- Dzulhijjah
Sedangkan 4 bulan Haram , di mana peperangan atau pertumpahan darah di larang , adalah: Dzulqa’idah , Dzulhijjah , Muharram , dan Rajab.
Peristiwa Hijrah sebagai tonggak Kalender Islam
Masalah selanjutnya ialah memilih awal penghitungan kalender islam ini. Apakah akan menggunakan tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. , menyerupai orang Nasrani? Apakah ketika ajal beliau? Ataukah ketika Nabi diangkat menjadi Rasul atau turunnya Al Qur’an? Ataukah ketika kemenangan kaum muslimin dalam peperangan?
Ternyata pilihan majelis Khalifah ‘Umar tersebut ialah tahun di mana terjadi tragedi Hijrah. Karena itulah , kalender islam ini biasa dikenal juga sebagai kalender hijriyah. Kalender tersebut dimulai pada 1 Muharram tahun tragedi Hijrah atau bertepatan dengan 16 Juli 662 M. Peristiwa hijrah Nabi saw. sendiri berlangsung pada bulan Rabi’ul Awal 1 H atau September 622 M.
Sumber: percetakanpetraya.com
0 Response to "Sejarah Kalender Masehi Dan Hijriyah - Mencar Ilmu Dapat Bangun Diatas Kaki Sendiri Di Rumah"