Latest News

Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi Selama Isra’ Mi’Raj

Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi Selama Isra’ Mi’raj Rasulullah Saw
1. Melihat Sosok Asli Malikat Jibril.
Jibril membimbing Rasulullah Saw kesebuah kerikil besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit.Kemudian Rasulullah Saw bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ . عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ . عِندَهَا جَنَّةُ ٱلْمَأْوَىٰٓ . إِذْ يَغْشَى ٱلسِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ . مَا زَاغَ ٱلْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ . لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلْكُبْرَىٰٓ

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha.Di dekatnyaada nirwana daerah tinggal, (Muhammad melihat Jibril) dikala Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya.Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian gejala (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An Najm : 13 – 18).

Dikatakan bahwa Muhammad telah melihat wujud orisinil dari Malaikat Jibril yang mempunyai sayap sebanyak 600 sayap.

وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain," (QS. An-Najm 53:13)

الشَّيْبَانِيُّ قَالَ سَأَلْتُ زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ { فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى } قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ مَسْعُودٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى جِبْرِيلَ لَهُ سِتُّ مِائَةِ جَنَاحٍ

Asy-Syaibani berkata: "Aku menanyai Zirr bin Hubaisy wacana firman Allah Azza wa Jalla, maka jadilah dia bersahabat dua ujung busur panah atau lebih bersahabat (An-Najm, 53: 9). Dia menjawab: “Telah mengabariku Ibnu Mas’ud sebetulnya Nabi telah melihat (bentuk asli) Jibril. Ia mempunyai 600 sayap.” (HR. Muslim).

2. Sampai di Sidratul Muntaha Menggunakan Buraq.
Menurut banyak sekali riwayat, dikala itu Nabi menaiki Buraq.Ketika Nabi datang di langit dunia, berkatalah Jibril kepada penjaga langit, “Bukalah.”Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?”Ia (Jibril) menjawab, “Ini Jibril.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah Anda bersama seseorang?” Ia menjawab, “Ya, saya bersama Muhammad Saw.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah dia diutus?” Ia menjawab, “Ya, ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh jago nirwana dan di kirinya para ruh jago neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua hingga ke tujuh.Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya.Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi Saw. bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya Bayt al-Ma’mur, daerah 70.000 malaikat salat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.

Sidratul Muntaha berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah yaitu pohon bidara, sedangkan muntaha berarti daerah berkesudahan, sebagaimana kata ini digunakan dalam ayat berikut:

ثُمَّ يُجْزَىٰهُ ٱلْجَزَآءَ ٱلْأَوْفَىٰ . وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلْمُنتَهَىٰ

"Kemudian akan diberi akhir kepadanya dengan akhir yang paling sempurna, dan sebetulnya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)." (QS. An-Najm, :41-42)

Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara daerah berkesudahan.Disebut demikian alasannya yaitu daerah ini tidak sanggup dilewati lebih jauh lagi oleh insan dan merupakan daerah diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Istilah ini disebutkan sekali dalam al-Qur’an, yaitu pada ayat:

عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ 

"(yaitu) di Sidratul Muntaha." (QS. An-Najm, 53:14)

Sidratul Muntaha digambarkan sebagai pohon bidara yang sangat besar, tumbuh mulai langit ke-6 hingga langit ke-7. Dedaunannya sebesar indera pendengaran gajah dan buah-buahannya menyerupai ember batu, sebagaiman Hadis:Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah, dari Nabi. Diapun menyebutkan hadis Mi’raj, dan di dalamnya: “Kemudian saya dinaikkan ke Sidratul Muntaha”. Lalu Nabi mengisahkan: “Bahwasanya daunnya menyerupai indera pendengaran gajah dan bahwa buahnya menyerupai ember batu”. Hadits telah dikeluarkan dalam ash Shahihain dari hadis Ibnu Abi Arubah.Hadits riwayat Baihaqi.

Jika Allah memutuskan sesuatu, maka “bersemilah” Sidratul Muntaha sehingga diliputi oleh sesuatu, yang berdasarkan penafsiran Ibnu Mas’ud ra, yaitu “permadani emas”.Deskripsi wacana Sidratul Muntaha dalam hadis hadis wacana Isra’ Mi’raj tersebut berdasarkan sebagian ulama hanyalah berupa citra sebatas yang sanggup diungkapkan kata-kata.
Baca Juga :
1. Pengertian Isra’ Mi’raj dan Dalil yang Berkaitan dengan Peristiwa Isra’ Mi’raj
2. Proses Terjadinya Isra’ Mi’raj dan Tanggapan Masyarakat Tentang Isra’ Mi’raj
3. Rahasia Dibalik Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

3. Singgah di Baitul Ma’mur.
Baitul ma’mur, daerah Allah Swt. menurunkan al-Qur’an dengan sifatNya al-Aziz (keseluruhan secara lengkap, Allah Swt sudah mengetahui segala kejadian) yang kemudian dilanjutkan sifat-Nya Ar Rahim, (melalui malaikat Jibril ke Rasulullah di bumi, dengan bertahap). Di sini Rasulullah diberikan 3 pilihan minuman yaitu susu, madu, dan khamr nirwana yang tidak memabukkan. Pilihan Rasulullah akan menjadi takdir bagi umat beliau. Beliau menentukan susu, maka “Engkau menentukan untukmu dan umatmu dalam keadaan fitrah”, yaitu umat Islam sanggup kembali suci. Berbeda dengan umat terdahulu yang kalau berdosa maka diberikan azab.

Umat Islam sanggup kembali suci di bulan Ramadhan, bulan pembakaran, yang sanggup menggugurkan dosa, menjadi suci menyerupai gres dilahirkan. Pembakaran jiwa, biar menjadi lunak dan gampang dibuat menjadi bentuk yang terbaik di sisi Allah Swt, yaitu takwa. Doa minal aidin wal faizin, bukan dari Rasulullah Saw, bermakna “Semoga Allah mengakibatkan engkau kembali suci dan menjadi pemenang”.

4. Melihat Allah.
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad Saw., pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah dia melihatNya dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing mempunyai argumennya sendiri. Di antara yang beropini bahwa dia pernah melihatNya dengan mata hati antara lain Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي ذَرٍّ لَوْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسَأَلْتُهُ فَقَالَ عَنْ أَيِّ شَيْءٍ كُنْتَ تَسْأَلُهُ قَالَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ قَالَ أَبُو ذَرٍّ قَدْ سَأَلْتُ فَقَالَ رَأَيْتُ نُورًا

Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani berdasar riwayat Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: “Seandainya saya melihat Rasulullah, niscaya saya akan menanyainya.” Lantas dia berkata: “Tentang sesuatu apa?” Aku akan menanyainya: “Apakah baginda melihat Tuhan baginda?” Abu Dzar berkata: “Aku telah menanyainya, kemudian dia jawab: “Aku telah melihat cahaya”. (HR. Muslim)

5. Menerima Perintah Shalat.
Di Sidrat al-Muntaha ini Nabi Muhammad Saw. mendapat perintah shalat 5 waktu. Perintah melakukan shalat tersebut pada awalnya yaitu 50 kali setiap harinya, akan tetapi alasannya yaitu pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad Saw., sendiri, serta kasih dan sayang Allah Swt, jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. Diantara hadis mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud ;

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أُمِرَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسِينَ صَلَاةً فَنَازَلَ رَبَّكُمْ أَنْ يَجْعَلَهَا خَمْسَ صَلَوَاتٍ

Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: “Nabi kalian diperintah lima puluh kali shalat (sehari semalam), kemudian dia meminta dispensasi Tuhan kalian biar menjadikannya lima kali shalat.” (HR. Ibnu Majjah)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمَّا أُسْرِيَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْتُهِيَ بِهِ إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَهِيَ فِي السَّمَاءِ السَّادِسَةِ إِلَيْهَا يَنْتَهِي مَا يُعْرَجُ بِهِ مِنْ الْأَرْضِ فَيُقْبَضُ مِنْهَا وَإِلَيْهَا يَنْتَهِي مَا يُهْبَطُ بِهِ مِنْ فَوْقِهَا فَيُقْبَضُ مِنْهَا قَالَ { إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى } قَالَ فَرَاشٌ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ فَأُعْطِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثًا أُعْطِيَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ وَأُعْطِيَ خَوَاتِيمَ سُورَةِ الْبَقَرَةِ وَغُفِرَ لِمَنْ لَمْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ مِنْ أُمَّتِهِ شَيْئًا الْمُقْحِمَاتُ

Dari Abdullah dia berkata, "Ketika Rasulullah Saw diisra'kan maka dia dilarang di Sidrah al-Muntaha, (yaitu tempat) yang terletak di langit keenam. Sesuatu yang naik dari bumi akan bermuara di sana dan ditahan padanya. Dan sesuatu dari atasnya berhenti padanya, kemudian ditahan padanya." Allah berfirman: '(Muhammad melihat Jibril) dikala Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya) ' (Qs. An Najm: 16). Abdullah berkata lagi, "Yaitu hamparan dari emas." Dia berkata lagi, "Lalu Rasulullah Saw diberi tiga hal: shalat lima waktu, ayat-ayat epilog surat al-Baqarah, dan diampuni dosa-dosa besar milik orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umat beliau." (HR. Muslim).

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana peristiwa-peristiwa yang terjadi selama Isra’ Mi’raj. Sumber buku Ilmu Kalam Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

0 Response to "Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi Selama Isra’ Mi’Raj"

Total Pageviews