A. Pengertian Takhrij Hadis.
Kata takhrij berasal dari kata berasal dari kata "kharaja" yang artinya nampak dari tempatnya, atau keadaannya, dan terpisah, dan kelihatan. Demikian juga kata "alikhraj" yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan "al-makhraj" artinya artinya daerah keluar; dan akhrajal-hadis wa kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadis kepada orang dengan menjelaskan daerah keluarnya (asal-usulnya).
Sedangkan secara terminologi, takhrij berarti :
“Mengembalikan (menelusuri kembali ke asalnya) hadis-hadis yang terdapat di dalam aneka macam kitab yang tidak menggunakan sanad kepada kitab-kitab musnad, baik disertai dengan pembicaraan ihwal status hadis-hadis tersebut dari segi sahih atau daif, ditolak atau diterima, dan klarifikasi ihwal kemungkinan illat yang ada padanya, atau hanya sekadar mengembalikannya kepada kitab-kitab asal (sumbernya)nya.”
Syuhudi Ismail mendefinisikan takhrij dengan “penelusuran atau pencarian hadis pada aneka macam kitab sebagai sumber orisinil dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.”
Bila merujuk pada pemaknaan yang disampaikan oleh para andal hadis, bolehlah didefinisikan secara sederhana bahwa takhrij ialah acara atau perjuangan mempertemukan matan hadis dengan sanadnya. Adapun terkait dengan klarifikasi kualifikasi hadis bukanlah kiprah pokok kerja takhrij.
B. Metode Takhrij Hadis.
Dalam takhrij hadis ada beberapa macam metode yang digunakan yang diringkas dengan mengambil pokok-pokoknya sebagai berikut:
1. Takhrij berdasarkan Perawi Hadis dari Sahabat.
Metode ini digunakan jikalau kita mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij. Jika tidak diketahui nama shahabat yang meriwayatkannya tentu tidak sanggup dilakukan takhrij dengan metode ini. Untuk mengaplikasikan metode ini diharapkan tiga kitab yang sanggup membantu. Kitab-kitab berikut disusun berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan hadis yaitu:
a. Al-Masanid (musnad-musnad).
Dalam kitab ini disebutkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri. Selama kita sudah mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis, maka kita mencari hadis tersebut dalam kitab ini sehingga mendapat petunjuk dalam satu musnad dari kumpulan musnad tersebut.
b. Al-Ma`ajim (mu`jam-mu`jam).
Susunan hadis di dalamnya berdasarkan urutan musnad para sahabat atau syuyukh (guru-guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama sahabat sanggup memudahkan untuk merujuk hadisnya.
c. Kitab-kitab Al-Atraf.
Kebanyakan kitab al-atraf disusun berdasarkan musnadmusnad para sahabat dengan urutan nama mereka sesuai huruf kamus. Jika seorang peneliti mengetahui bab dari hadis itu, maka sanggup merujuk pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-atraf tadi untuk kemudian mengambil hadis secara lengkap.
d. Metode ini ialah bahwa proses takhrij sanggup dipersingkat.
Akan tetapi, kelemahannya ialah ia tidak sanggup digunakan dengan baik, apabila nama perawi yang hendak diteliti itu tidak diketahui.
2. Takhrij berdasarkan Permulaan Lafad Hadis.
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafad pertamanya berdasarkan urutan huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi:
Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan ialah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Berarti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, suara lengkap matan hadis yang dicari adalah:
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang berpengaruh (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang berpengaruh ialah orang yang bisa menguasai dirinya tatkala beliau marah”
Cara Takhrij Hadis dengan menggunakan metode ini sanggup dibantu dengan:
a. Kitab kitab yang berisi hadis-hadis yang dikenal oleh orang banyak, misalnya; ad-Durar al Muntatsirah fῑ al-Ahadis al-Musytaharah, karya as- Suyuthi; al-La’ali al-Mansrah fi al-Ahadis al-Masyhurah, karya Ibnu Hajar;
b. al-Maqasid al-Hasanah fi Bayani Kasirin min al-Ahadis al-Musytahirah ‘ala’ alAlsinah, karya as-Sakhawi.
c. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan huruf kamus, misalnya; al-Jami’ asSaghir min al-Ahadis al-Basyir an-Nazir, karya as-Suyut ̣i.
d. Petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun para ulama untuk kitab-kitab tertentu, misalnya; Miftah as-Sahihain, karya at-Tauqadi; Miftah at-Tartib li Ahādisi Tarikh al-Khatib, karya Sayyid Ahmad al-Ghumari; al-Bughiyyah fi Tartib al-Ahadis sahih Muslim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Muwatta’ Malik, karya Muhammad Fuad Abdul Bagi juga.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memperlihatkan kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, maka akan sulit untuk menemukan hadis yang dimaksud.
3. Takhrij Berdasarkan kata-kata dalam Matan Hadis.
Metode ini ialah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan ialah bab hadisnya sehingga pencarian hadishadis yang dimaksud sanggup diperoleh lebih cepat. Penggunaan metode ini akan lebih gampang manakala menitikberatkan pencarian hadis berdasarkan lafad-lafadnya yang gila dan jarang penggunaanya.
Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya ialah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras lῑ Alfaz Al-Hadis An-Nabawi, karya AJ. Wensinck, seorang orientalis berkebangsaan Belanda (meninggal 1939 M). Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu: Ṣaḥiḥ al-Bukhari, Sahiḥ Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwatta’ malik, dan Musnad Imam Aḥmad.
Penggunaan metode ini dalam mentakhrij suatu hadis sanggup dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, memilih kata kuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alat untuk mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih ialah kata yang jarang dipakai, alasannya ialah semakin bertambah gila kata tersebut akan semakin gampang proses pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar tersebut dicarilah kata- kata itu di dalam kitab Mu’jam berdasarkan urutannya secara huruf (huruf hijaiyah).
Kedua, mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab- kitab yang menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu mempercepat pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. Sedangkan kelemahan metode ini ialah terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.
4. Takhrij Berdasarkan tema Hadis.
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadis. Oleh alasannya ialah itu untuk melaksanakan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan tema dari suatu hadis yang akan ditakhrij dan kemudian gres mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun menggunkan metode ini. Seringkali suatu hadis mempunyai lebih dari satu tema. Dalam kasus yang demikian seorang mukharrij harus mencarinya pada tema-tema yang mungkin dikandung oleh hadis tersebut. Contoh hadis Nabi Saw:
"Islam dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan bantu-membantu Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadan."
Hadis di atas mengandung beberapa tema yaitu iman, tauhid, shalat, zakat, puasa dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut maka hadis di atas harus dicari di dalam kitab-kitab hadis di bawah tema-tema tersebut. Cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz As-Sunnah, karya AJ. Wensinck, yang berisi daftar isi hadis yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan.
Dalam kitab Miftah Kunuz As-Sunnah, AJ. Wensinck mencantumkan 14 kitab hadis yang terkenal yakni; sahih Bukhari, Ṣahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Jami’ al-Tirmizi, Sunan an-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Muwatta’ Malik, Musnad Ahmad, Musnad Abi Dawud ath-Thayalisi, Sunan ad-Darimi, Musnad Zaid bin Ali, Sirah Ibnu Hisyam, Magazi al-Waqidi, dan Ṭabaqat Ibnu Sa’ad. Dalam menyusun kitab ini Vensink menghabiskan waktu selama 10 tahun, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan diedarkan oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu selama 4 tahun.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa takhrij dengan metode ini sangat tergantung kepada pengetahuan terhadap tema hadis. Untuk itu seorang mukharrij harus mempunyai beberapa pengetahuan ihwal kajian Islam secara umum dan kajian fikih secara khusus
Kelebihan metode ini ialah hanya menuntut pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan ihwal lafad pertamanya. Akan tetapi metode ini juga mempunyai aneka macam kelemahan, terutama apabila kandungan hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti, sehingga beliau tidak sanggup memilih temanya, maka metode ini mustahil diterapkan.
5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis.
Metode ini memperkenalkan suatu upaya gres yang telah dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan statusnya, menyerupai hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan lainnya. Dengan mengetahui statusnya acara takhrij melalui metode ini sanggup ditempuh, yakni dengan merujuk pada kitab kitab yang disusun secara khusus berdasarkan status atau keadaan hadis tersebut. Seperti apabila hadisnya hadis qudsi, kita sanggup mencarinya dalam kitab himpunan hadis-hadis qudsi, dan seterusnya. Di antara kitab-kitab yang disusun atas dasar metode ini adalah:
a. Al-Azhar al-Muatanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah, yang memuat hadis hadis mutawatir, karya Suyuthi.
b. Al-Ittihafat al-Saniah fi al-Ahadis al-Qudsiyah, yang memuat hadis-hadis Qudsi, karya al-Madani.
c. Al-Maqasid al-Hasanah, yang memuat hadis-hadis populer, karya Sakhawi.
d. Al-Marasil, yang memuat hadis-hadis mursal, karya Abu Dawud.
e. Tanzih al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar al-Syani’ah al-Maudu’ah, yang memuat hadis-hadis maudu’, karya Ibn Iraq.
Kelebihan metode ini sanggup dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini alasannya ialah sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, alasannya ialah cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini.
6. Takhrij Berbasis Software Hadis.
Perkembangan teknologi informasi dan multimedia sanggup membantu para pembelajar hadis dalam studi hadis khususnya acara takhrij. Munculnya beberapa software yang sanggup digunakan untuk studi hadis atau acara takhrij hadis, merupakan cara efektif yang sanggup digunakan. Berikut pendeskripsian singkat mengenai beberapa sofware di antaranya yang sanggup digunakan dalam mencar ilmu hadis atau takhrij hadis secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri tersebut:
• Hadith Encyclopedia v 2.1 (al-Kutub al-Tis’ah) merupakan aplikasi penelusuran hadis yang dikembangkan oleh Harf, sebuah instansi yang bergerak dalam bidang pengembangan jadwal yang berkedudukan di Kairo, Mesir. Program ini meliputi sembilan kitab hadis (al-kutub al- tis’ah) dengan total lebih dari 62.000 hadis yang sebanding dengan 25.000 halaman cetak lengkap dengan penjelasannya.
• Maktabah Syamilah, merupakan jadwal terkenal yang banyak digunakan di aneka macam forum pendidikan Islam. Sofware ini mempunyai library berisi ribuan kitab dan rujukan berbentuk buku atau kitab dalam bahasa Arab dalam kapasitas belasan gigabyte bahkan ada yang mencapai puluhan giga. Kitab kuning digital terdiri dari 6.644 kitab yang dikelompokkan dalam aneka macam bidang. Software ini diterbitkan oleh jaringan Da’wah Islamiyah al-Misykat.
• Hadis Web 4.1, merupakan sofware hadis lengkap berbahasa Indonesia yang dikembangkan oleh Sofyan Efendi. Isi dari jadwal ini ialah Al- Qur’an dan terjemahnya, ringkasan Sahih al-Bukhari, kumpulan hadis Sahih Muslim, Ringkasan Syarh Arbain an-Nawawi, kitab Bulug al- Maram min Adillati al-Ahkam, 1100 hadis pilihan, sejarah singkat beberapa andal hadis, dan sejumlah artikel ihwal hadis.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal pengertian takhrij hadis dan metode takhrij hadis. Sumber buku Siswa Hadits Ilmu Hadits Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Kata takhrij berasal dari kata berasal dari kata "kharaja" yang artinya nampak dari tempatnya, atau keadaannya, dan terpisah, dan kelihatan. Demikian juga kata "alikhraj" yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan "al-makhraj" artinya artinya daerah keluar; dan akhrajal-hadis wa kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadis kepada orang dengan menjelaskan daerah keluarnya (asal-usulnya).
Sedangkan secara terminologi, takhrij berarti :
“Mengembalikan (menelusuri kembali ke asalnya) hadis-hadis yang terdapat di dalam aneka macam kitab yang tidak menggunakan sanad kepada kitab-kitab musnad, baik disertai dengan pembicaraan ihwal status hadis-hadis tersebut dari segi sahih atau daif, ditolak atau diterima, dan klarifikasi ihwal kemungkinan illat yang ada padanya, atau hanya sekadar mengembalikannya kepada kitab-kitab asal (sumbernya)nya.”
Syuhudi Ismail mendefinisikan takhrij dengan “penelusuran atau pencarian hadis pada aneka macam kitab sebagai sumber orisinil dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.”
Bila merujuk pada pemaknaan yang disampaikan oleh para andal hadis, bolehlah didefinisikan secara sederhana bahwa takhrij ialah acara atau perjuangan mempertemukan matan hadis dengan sanadnya. Adapun terkait dengan klarifikasi kualifikasi hadis bukanlah kiprah pokok kerja takhrij.
B. Metode Takhrij Hadis.
Dalam takhrij hadis ada beberapa macam metode yang digunakan yang diringkas dengan mengambil pokok-pokoknya sebagai berikut:
1. Takhrij berdasarkan Perawi Hadis dari Sahabat.
Metode ini digunakan jikalau kita mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij. Jika tidak diketahui nama shahabat yang meriwayatkannya tentu tidak sanggup dilakukan takhrij dengan metode ini. Untuk mengaplikasikan metode ini diharapkan tiga kitab yang sanggup membantu. Kitab-kitab berikut disusun berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan hadis yaitu:
a. Al-Masanid (musnad-musnad).
Dalam kitab ini disebutkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri. Selama kita sudah mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis, maka kita mencari hadis tersebut dalam kitab ini sehingga mendapat petunjuk dalam satu musnad dari kumpulan musnad tersebut.
b. Al-Ma`ajim (mu`jam-mu`jam).
Susunan hadis di dalamnya berdasarkan urutan musnad para sahabat atau syuyukh (guru-guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama sahabat sanggup memudahkan untuk merujuk hadisnya.
c. Kitab-kitab Al-Atraf.
Kebanyakan kitab al-atraf disusun berdasarkan musnadmusnad para sahabat dengan urutan nama mereka sesuai huruf kamus. Jika seorang peneliti mengetahui bab dari hadis itu, maka sanggup merujuk pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-atraf tadi untuk kemudian mengambil hadis secara lengkap.
d. Metode ini ialah bahwa proses takhrij sanggup dipersingkat.
Akan tetapi, kelemahannya ialah ia tidak sanggup digunakan dengan baik, apabila nama perawi yang hendak diteliti itu tidak diketahui.
2. Takhrij berdasarkan Permulaan Lafad Hadis.
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafad pertamanya berdasarkan urutan huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi:
Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan ialah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Berarti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, suara lengkap matan hadis yang dicari adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang berpengaruh (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang berpengaruh ialah orang yang bisa menguasai dirinya tatkala beliau marah”
Cara Takhrij Hadis dengan menggunakan metode ini sanggup dibantu dengan:
a. Kitab kitab yang berisi hadis-hadis yang dikenal oleh orang banyak, misalnya; ad-Durar al Muntatsirah fῑ al-Ahadis al-Musytaharah, karya as- Suyuthi; al-La’ali al-Mansrah fi al-Ahadis al-Masyhurah, karya Ibnu Hajar;
b. al-Maqasid al-Hasanah fi Bayani Kasirin min al-Ahadis al-Musytahirah ‘ala’ alAlsinah, karya as-Sakhawi.
c. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan huruf kamus, misalnya; al-Jami’ asSaghir min al-Ahadis al-Basyir an-Nazir, karya as-Suyut ̣i.
d. Petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun para ulama untuk kitab-kitab tertentu, misalnya; Miftah as-Sahihain, karya at-Tauqadi; Miftah at-Tartib li Ahādisi Tarikh al-Khatib, karya Sayyid Ahmad al-Ghumari; al-Bughiyyah fi Tartib al-Ahadis sahih Muslim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Muwatta’ Malik, karya Muhammad Fuad Abdul Bagi juga.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memperlihatkan kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, maka akan sulit untuk menemukan hadis yang dimaksud.
3. Takhrij Berdasarkan kata-kata dalam Matan Hadis.
Metode ini ialah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan ialah bab hadisnya sehingga pencarian hadishadis yang dimaksud sanggup diperoleh lebih cepat. Penggunaan metode ini akan lebih gampang manakala menitikberatkan pencarian hadis berdasarkan lafad-lafadnya yang gila dan jarang penggunaanya.
Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya ialah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras lῑ Alfaz Al-Hadis An-Nabawi, karya AJ. Wensinck, seorang orientalis berkebangsaan Belanda (meninggal 1939 M). Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu: Ṣaḥiḥ al-Bukhari, Sahiḥ Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwatta’ malik, dan Musnad Imam Aḥmad.
Penggunaan metode ini dalam mentakhrij suatu hadis sanggup dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, memilih kata kuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alat untuk mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih ialah kata yang jarang dipakai, alasannya ialah semakin bertambah gila kata tersebut akan semakin gampang proses pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar tersebut dicarilah kata- kata itu di dalam kitab Mu’jam berdasarkan urutannya secara huruf (huruf hijaiyah).
Kedua, mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab- kitab yang menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu mempercepat pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. Sedangkan kelemahan metode ini ialah terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.
4. Takhrij Berdasarkan tema Hadis.
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadis. Oleh alasannya ialah itu untuk melaksanakan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan tema dari suatu hadis yang akan ditakhrij dan kemudian gres mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun menggunkan metode ini. Seringkali suatu hadis mempunyai lebih dari satu tema. Dalam kasus yang demikian seorang mukharrij harus mencarinya pada tema-tema yang mungkin dikandung oleh hadis tersebut. Contoh hadis Nabi Saw:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
"Islam dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan bantu-membantu Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadan."
Hadis di atas mengandung beberapa tema yaitu iman, tauhid, shalat, zakat, puasa dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut maka hadis di atas harus dicari di dalam kitab-kitab hadis di bawah tema-tema tersebut. Cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz As-Sunnah, karya AJ. Wensinck, yang berisi daftar isi hadis yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan.
Dalam kitab Miftah Kunuz As-Sunnah, AJ. Wensinck mencantumkan 14 kitab hadis yang terkenal yakni; sahih Bukhari, Ṣahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Jami’ al-Tirmizi, Sunan an-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Muwatta’ Malik, Musnad Ahmad, Musnad Abi Dawud ath-Thayalisi, Sunan ad-Darimi, Musnad Zaid bin Ali, Sirah Ibnu Hisyam, Magazi al-Waqidi, dan Ṭabaqat Ibnu Sa’ad. Dalam menyusun kitab ini Vensink menghabiskan waktu selama 10 tahun, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan diedarkan oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu selama 4 tahun.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa takhrij dengan metode ini sangat tergantung kepada pengetahuan terhadap tema hadis. Untuk itu seorang mukharrij harus mempunyai beberapa pengetahuan ihwal kajian Islam secara umum dan kajian fikih secara khusus
Kelebihan metode ini ialah hanya menuntut pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan ihwal lafad pertamanya. Akan tetapi metode ini juga mempunyai aneka macam kelemahan, terutama apabila kandungan hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti, sehingga beliau tidak sanggup memilih temanya, maka metode ini mustahil diterapkan.
5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis.
Metode ini memperkenalkan suatu upaya gres yang telah dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan statusnya, menyerupai hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan lainnya. Dengan mengetahui statusnya acara takhrij melalui metode ini sanggup ditempuh, yakni dengan merujuk pada kitab kitab yang disusun secara khusus berdasarkan status atau keadaan hadis tersebut. Seperti apabila hadisnya hadis qudsi, kita sanggup mencarinya dalam kitab himpunan hadis-hadis qudsi, dan seterusnya. Di antara kitab-kitab yang disusun atas dasar metode ini adalah:
a. Al-Azhar al-Muatanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah, yang memuat hadis hadis mutawatir, karya Suyuthi.
b. Al-Ittihafat al-Saniah fi al-Ahadis al-Qudsiyah, yang memuat hadis-hadis Qudsi, karya al-Madani.
c. Al-Maqasid al-Hasanah, yang memuat hadis-hadis populer, karya Sakhawi.
d. Al-Marasil, yang memuat hadis-hadis mursal, karya Abu Dawud.
e. Tanzih al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar al-Syani’ah al-Maudu’ah, yang memuat hadis-hadis maudu’, karya Ibn Iraq.
Kelebihan metode ini sanggup dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini alasannya ialah sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, alasannya ialah cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini.
6. Takhrij Berbasis Software Hadis.
Perkembangan teknologi informasi dan multimedia sanggup membantu para pembelajar hadis dalam studi hadis khususnya acara takhrij. Munculnya beberapa software yang sanggup digunakan untuk studi hadis atau acara takhrij hadis, merupakan cara efektif yang sanggup digunakan. Berikut pendeskripsian singkat mengenai beberapa sofware di antaranya yang sanggup digunakan dalam mencar ilmu hadis atau takhrij hadis secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri tersebut:
• Hadith Encyclopedia v 2.1 (al-Kutub al-Tis’ah) merupakan aplikasi penelusuran hadis yang dikembangkan oleh Harf, sebuah instansi yang bergerak dalam bidang pengembangan jadwal yang berkedudukan di Kairo, Mesir. Program ini meliputi sembilan kitab hadis (al-kutub al- tis’ah) dengan total lebih dari 62.000 hadis yang sebanding dengan 25.000 halaman cetak lengkap dengan penjelasannya.
• Maktabah Syamilah, merupakan jadwal terkenal yang banyak digunakan di aneka macam forum pendidikan Islam. Sofware ini mempunyai library berisi ribuan kitab dan rujukan berbentuk buku atau kitab dalam bahasa Arab dalam kapasitas belasan gigabyte bahkan ada yang mencapai puluhan giga. Kitab kuning digital terdiri dari 6.644 kitab yang dikelompokkan dalam aneka macam bidang. Software ini diterbitkan oleh jaringan Da’wah Islamiyah al-Misykat.
• Hadis Web 4.1, merupakan sofware hadis lengkap berbahasa Indonesia yang dikembangkan oleh Sofyan Efendi. Isi dari jadwal ini ialah Al- Qur’an dan terjemahnya, ringkasan Sahih al-Bukhari, kumpulan hadis Sahih Muslim, Ringkasan Syarh Arbain an-Nawawi, kitab Bulug al- Maram min Adillati al-Ahkam, 1100 hadis pilihan, sejarah singkat beberapa andal hadis, dan sejumlah artikel ihwal hadis.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal pengertian takhrij hadis dan metode takhrij hadis. Sumber buku Siswa Hadits Ilmu Hadits Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
0 Response to "Pengertian Takhrij Hadis Dan Metode Takhrij Hadis"