Rusdi tidak kaget ketika tukang tambal memberitahukan benen motornya telah diganti dengan yang baru. Benen ban motornya rusak parah lantaran robek sehingga tidak sanggup ditambal. Oleh alasannya ialah Itu ia harus mengeluarkan uang untuk beli benen gres dan upah pasang. Ia pun tak membantah dan segera membayar semua biaya yang ditimbulkan oleh kendaraannya.
Ilustrasi kereta api (doc.matrapendidikan.com)
Ban kendaraan bermotor dihentikan kekurangan angin ketika dikendarai, apalagi menempuh jarak jauh. Hal ini akan memperbesar peluang untuk mengalami kempes di perjalanan. Namun sebelum berangkat dari rumah, Rusdi lupa untuk menyidik angin ban kendaraannya.
Selain itu Rusdi telah mengendarai motornya dalam keadaan ban tanpa angin menuju daerah tempel benen. Tentu saja akan menciptakan benen kendaraannya menjadi rusak parah.
Itu pula sebabnya tadi Rusdi meninggalkan motornya di daerah tempel benen. Ia menyerahkan mana baiknya oleh tukang tempel benen. Bisa ditempel saja atau diganti dengan benen gres jika memang tidak sanggup digunakan lagi.
Kini Rusdi dan istrinya Salmina sudah berada di atas motor bebeknya. Mulai menyusuri jalan raya berliku di sepanjang pinggiran danau dengan kecepatan sedang. Kendaraannya kini terasa nyaman dikendarai. Ia berharap hingga di kampung halamannya tanpa kendala.
Jalan Raya Lintas Sumatera memang berliku-liku di sepanjang pinggiran danau Singkarak. Jika dipotret dari ketinggian, jalan berliku di pinggiran danau menjadi sebuah pemandangan yang bagus.
Di sebelah kiri jalan raya terdapat jalur jalan kereta api. Konon rel kereta api itu tidak pernah lagi dilewati oleh kereta api. Kereta api jurusan Sawah Lunto - Batu Tebal sudah berhenti beroperasi. Boleh jadi biaya operasi transportasi ini tidak tertutupi lagi oleh pendapatan dari penumpang kereta wisata ini.
Rusdi sudah kangen untuk naik kereta api lagi. Sudah usang ia tak lagi menaiki sarana transportasi unik ini. Dulu, ketika masih duduk di dingklik sekolah dasar dan SMP, Rusdi sering naik kereta api. Mulai dari kereta api berloko uap hingga loko diesel impor Jerman.
Yang paling menyenangkan bagi Rusdi ketika itu ialah sanggup menumpang kereta api gratis. Caranya bangun di gerbong batubara. Berwisata ria dari stasiun Simpang AA menuju Solok dan terus ke Sawah Lunto. Atau dari stasiun Simpang AA menuju Batu Tebal.
Kereta angin atau sepeda dan kereta api tak luput dari cerita masa kemudian Rusdi di kampung halamannya, Sumani. Beda dengan masa kecil dan masa sekolah anak zaman sekarang.
Anak zaman milennial atau disebut juga zamannow lebih disibukkan oleh perangkat gadget pembelian orangtua mereka. Mau mencar ilmu pegang android. Mau tidur buka aplikasi media sosial. Mereka kadang kala digelari sebagai generasi menunduk. Menunduk ke arah gadget meskipun itu ketika berbicara dengan orangtua sendiri.
Rusdi menghela nafas. Hembusan angin danau Singkarak makin terasa sejuk. Rusdi memperlambat laju kendaraannya. Meminggirkan kendaraannya dan berhenti.
Salmina yang dari tadi juga membisu di boncengan belakang jadi heran. Ada apa gerangan suaminya menghentikan motornya? (Bersambung…)
0 Response to "Perjalanan Panjang ( Bab Keempat )"